uploads/article/2024/01/unik-cuma-di-indonesia-285452005578a9b.png

Unik! Cuma di Indonesia Bayar Kuliah Pake Pinjol

Salah satu isu yang lagi happening di kalangan mahasiswa adalah pembayaran UKT yang dapat 'dicicil' dengan pinjol. Isu ini mulai beredar di media sosial usai salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia membuat program kerja sama dengan salah satu pinjol yang ada di Indonesia dengan harapan dapat 'membantu' para mahasiswanya yang terkendala dengan biaya pendidikan. 

Tentunya isu ini pun menjadi trending di media sosial. Apalagi, pinjol bisa dibilang menjadi 'musuh' bersama masyarakat Indonesia akibat rentetan kasus yang terjadi sebelumnya. Sehingga, ironis rasanya jika melihat lembaga pendidikan justru menjalin kerja sama dengan sesuatu yang 'dibenci' oleh masyarakat. 

BACA JUGA: 3 Alasan Mengapa Menjadi ‘Kupu-Kupu’ di Waktu Kuliah adalah Hal yang Membanggakan!

Mengapa Biaya Kuliah Mahal? 

Salah satu yang akhirnya menjadikan isu ini exist tentunya adalah biaya pendidikan di Indonesia yang mahal. Nggak bisa dipungkiri Sobat Gen, biaya pendidikan terutama kuliah relatif terbilang mahal, makanya nggak semua masyarakat Indonesia punya akses untuk mencapai tingkat pendidikan mencapai jenjang perkuliahan. 

Meskipun terdapat beasiswa, peserta unggulan yang bebas biaya kuliah, dan lain sebagainya. Pada akhirnya biaya pendidikan di Indonesia memanglah mahal. Apalagi, dari data yang dilampirkan oleh BPS inflasi inti di Juli 2023 mengalami kenaikan tipis menjadi 0,13% dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini pun nyatanya dipicu oleh tahan ajaran baru di bulan Juli, yang diikuti oleh naiknya biaya pendidikan. 

Lantas, sebenarnya apa yang menjadikan pendidikan di Indonesia mahal? 

  1. Inflasi Biaya Pendidikan: Seperti yang sudah sempat disinggung di awal. Inflasi biaya pendidikan menjadi salah satu faktor mengapa biaya pendidikan di Indonesia menjadi mahal. Kebutuhan yang menyebabkan biaya pendidikan semakin mahal adalah uang sekolah, SPP, UKT, biaya pendaftaran, buku, alat tulis, dan lain sebagainya. 
  2. Subsidi Pemerintah yang Kurang: Seperti yang sudah disinggung, pada dasarnya kuliah di Indonesia adalah bentuk privilege yang harus Sobat Gen aminkan. Karena, kalau dari wajib belajar yang dicanangkan pemerintah, masyarakat Indonesia hanya wajib menempuh pendidikan hingga tamat SMA atau SMK. Tentunya hal ini pun pada akhirnya berpengaruh terhadap subsidi pemerintah di sektor perguruan tinggi. Sehingga, akhirnya biaya kuliah pun menjadi mahal jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan sebelumnya. 

BACA JUGA: 4 Tips yang dapat Dilakukan untuk Kalian Para Pejuang Skripsi

Kuliah Adalah Privilege 

Pendidikan yang pada dasarnya menjadi hak dasar warga negara, pada akhirnya justru diabaikan oleh negara. Berkuliah justru menjadi hal istimewa dan merupakan bentuk dari privilege seorang warga negara. Karena, nggak semua orang memiliki akses untuk berkuliah. 

Selain itu, narasi-narasi media yang membingkai 'orang susah' sebagai sosok yang istimewa hingga dapat berkuliah pun akhirnya menyebabkan gap atau kesenjangan pendidikan semakin melebar. Misalnya, narasi seperti 'anak tukang becak lulus cum laude' dan lain sebagainya. Secara langsung, hal tersebut menciptakan kesenjangan hak pendidikan masyarakat Indonesia. Padahal, mau anak pejabat ataupun anak tukang becak, keduanya punya hak yang sama dalam bidang pendidikan. 

Dengan adanya biaya kuliah yang tinggi ini, tentunya akan menyulitkan mereka yang memang memiliki kapasitas dan harus berkuliah. Terlebih, beasiswa di Indonesia sendiri sering kali salah sasaran dan nggak menyasar mereka yang benar-benar membutuhkan. 

BACA JUGA: Perlukah Skripsi sebagai Syarat Kelulusan Mahasiswa?

Adanya kasus UKT yang tinggi di perguruan tinggi, hingga menganjurkan mahasiswanya untuk mengajukan pinjol dengan pihak yang telah diajak bekerja sama. Tentunya menjadi sebuah ironi tersendiri dalam dunia pendidikan. Ketika lembaga pendidikan seharusnya memfasilitasi para mahasiswa untuk mengejar mimpi, justru menjadi lembaga 'bisnis' yang membebani mahasiswa hingga terkadang harus membuang jauh mimpinya. Terlebih, ketika lembaga pendidikan seharusnya menjadi ruang aman untuk kebebasan berbicara, berpendapat, dan berpikir. Justru menekan mahasiswanya untuk bungkam, tentunya menjadi ironi tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. (*/) 

(RRY)

 

banner