Seiring berkembangnya waktu, nyatanya terjadi perubahan terhadap industri musik di Indonesia. Salah satu perubahan yang paling terlihat dalam industri musik Indonesia adalah perubahan format musisi. Jika dahulu Indonesia memiliki banyak musisi dengan format band, kini nyatanya musisi dengan format band sudah jauh berkurang dan digantikan oleh musisi solois atau duo.
Dan hal ini pun nyatanya tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan sudah menjadi fenomena global. Kini, bisa dibilang musisi dengan format band sudah tergantikan dengan para solois. Namun, apa yang akhirnya membuat musik dengan format band sudah tidak sepopuler dulu?
BACA JUGA: 3 Band Pop Melayu yang Masih Aktif di Indonesia
Dinamika Industri Musik
Industri musik tentunya memiliki dinamikanya tersendiri karena pada dasarnya selera musik mayoritas masyarakat tentunya terus berubah-ubah. Terlebih, kehadiran era digitalisasi yang menghadirkan streaming platform nyatanya lebih menguntungkan untuk para penyanyi solois untuk mempublish karya mereka ke masyarakat umum.
Selain itu, nyatanya format band sangat rentan akan pembubaran. Seringkali, ketika salah seorang personil dari suatu band hengkang, band tersebut mengalami penurunan performa dan berujung ke pembubaran band tersebut. Berbeda dengan penyanyi solois yang dapat fokus terhadap dirinya sendiri.
Terlebih, konflik-konflik yang dialami oleh musisi band sangatlah kompleks. Sederhananya, meskipun diisi oleh banyak personel, semuanya harus memiliki satu suara. Dan hal tersebut nyatanya menjadi masalah ketika akhirnya terlalu banyak kepada yang akhirnya tidak menghasilkan keputusan satu suara.
Perubahan Tren Musik
Selaras dengan adanya adanya dinamika musik, nyatanya salah satu dampak dari adanya dinamika pada industri musik adalah perubahan trend dan juga genre. Jika dahulu masyarakat menyukai band dengan tema rock yang membutuhkan banyak instrumen, kini banyak masyarakat yang cenderung lebih menyukai musik-musik bergenre pop dan juga elektro. Yang mana genre pop dan elektro cenderung lebih menguntungkan untuk musisi solois dibandingkan dengan band.
Contohnya adalah musisi seperti Tulus, Pamungkas, dan lain sebagainya memang memiliki band, tapi posisinya adalah band pengiring. Tokoh utama dalam sebuah lagu tersebut tentunya Tulus dan Pamungkas seorang, karena diri mereka berdiri sebagai seorang solois.
BACA JUGA: Rich Brian dan NIKI Musisi Lokal yang Dicintai Hingga Level Internasional
Musisi All in One
Dengan berkembangnya teknologi, kini kalian tidak perlu bisa bermain gitar, drum, piano, dan alat musik lainnya. Dengan hadirnya teknologi atau software musik, para musisi solois nyatanya dapat membentuk ‘band’ mereka sendiri melalui software pencipta musik tersebut.
Sehingga, dibandingkan harus berdebat dengan rekan band karena permasalahan nada, rasanya para solois ini mampu menciptakan musik untuk lagunya sendiri dengan bantuan software tersebut.
Fokus Personal Branding
Dari segi branding, nyatanya kini lebih banyak musisi yang fokus terhadap branding dirinya sendiri. Selain lebih murah, dan lebih baik untuk karir, nyatanya personal branding menjadi hal wajib yang dimiliki oleh seorang musisi.
Hal inilah yang sulit diterapkan dalam sebuah band. Seringkali, sosok yang terhighlight hanyalah seorang vokalis atau bassist saja, personil lain seringkali terlupakan sehingga personal branding mereka tidak terbentuk.
BACA JUGA: Ketika Akun Centang Biru Kehilangan Value
Menanti Kehadiran Musisi Band Baru Indonesia
Tapi tetap saja, rasanya masyarakat Indonesia tetap membutuhkan musisi dengan format band sebagai pilihan lain dari banyaknya musisi-musisi solois di Indonesia. Terlebih, terdapat hal-hal keren yang hanya dapat dilakukan oleh musisi dengan format band yang tidak dapat dilakukan oleh para solois.
Hal-hal sederhana seperti ngeband di studio bersama teman seband rasanya menjadi hal yang cukup memorable bagi segelintir musisi. Sehingga, rasanya hal-hal sederhana tersebutlah yang akhirnya membuat sebuah band terasa spesial.