Salah satu alasan beberapa pasangan stuck di hubungan yang nggak sehat adalah karena mereka takut untuk memutuskan pasangan mereka. Karena, pada dasarnya putus adalah hal yang paling dihindari ketika kita sedang menjalani sebuah hubungan. Sederhananya, nggak ada orang yang berpacaran dengan tujuan akhir untuk putus.
Akan tetapi, nggak bisa dipungkiri ketika hubungan nggak berjalan sesuai dengan keinginan bersama, jalan terbaik adalah putus. Namun, lagi-lagi sebagai sosok yang akan memutuskan hubungan, biasanya kita akan dihadapkan dengan berbagai situasi sulit untuk mengatakannya dan juga agar ke depannya nggak ada penyesalan atas keputusan yang udah dibuat.
Dengan demikian, kayaknya penting untuk mempersiapkan berbagai hal sebelum kita memutuskan pasangan kita. Terlebih, tentunya Sobat Gen nggak mau terjebak di momen gamon atau gagal move on, padahal Sobat Gen yang memutuskan pasangan Sobat Gen bukan? Jadi, apa saja sih yang harus dipersiapkan sebelum memutuskan pasangan?
BACA JUGA: Valentine Identik dengan Cokelat, Kok Bisa?
1. Alasan Putus
Putus dengan pasangan tentunya harus berlandaskan alasan yang jelas. Alasan-alasan putus seperti, "kamu terlalu baik buat aku", "aku mau fokus UN', dan lain sebagainya kayaknya nggak menjadi alalsan yang dapat diterima oleh pasangan Sobat Gen. Sehingga, rasanya kita harus benar-benar memahami apa yang akhirnya menjadi alasan Sobat Gen untuk mantap memutuskan pasangan Sobat Gen. Jangan sampai, karena alasannya yang nggak jelas, Sobat Gen justru terjebak di momen penyesalan yang berakibat fatal ke kehidupan pribadi kita.
Selain itu, dengan memberikan alasan putus yang jelas, tentunya hal ini akan menjadi pelajaran yang penting untuk mantan Sobat Gen, maupun Sobat Gen sendiri ke depannya. Dengan memberikan alasan putus yang jelas, setidaknya Sobat Gen dapat memperbaiki hal-hal yang kurang dari diri Sobat Gen ataupun mencari sosok pasangan yang lebih 'sesuai' dengan diri Sobat Gen sendiri.
2. Lihat Keadaan
Jangan pernah memutuskan pasangan ketika sedang berada di keadaan yang nggak tepat. Misalnya, ketika pasangan sedang berduka, atau bahkan ketika Sobat Gen dan pasangan sedang bertengkar hebat. Sebagai manusia, tentunya kita memiliki perasaan. Tentunya, nggak elok kalau kita memutuskan pasangan kita ketika dia sedang berduka.
Selain itu, rasanya nggak elok juga ketika Sobat Gen memutuskan pasangan Sobat Gen dalam keadaan emosi di saat sedang bertengkar dengan pasangan Sobat Gen. Ada baiknya, Sobat Gen memutuskan pasangan Sobat Gen di keadaan yang netral. Keadaan netral adalah ketika semua terlihat 'baik-baik' saja, namun di sisi lain, baik Sobat Gen dan pasangan tahu kalau sebenarnya ada masalah dalam hubungan kalian.
BACA JUGA: Kenapa Penggunaan 'Aku' dan 'Kamu' Identik dengan Pacaran?
3. Siapkan Kalimat yang Padat
Jangan pernah bertele-tele dalam menyampaikan perasaan kita, nggak terkecuali perasaan sedih atau keinginan untuk putus. Kenapa? Karena, dengan bertele-tele Sobat Gen justru akan terlihat nggak serius dalam menyampaikan perasaan Sobat Gen. Dengan menyampaikan perasaan dalam hal ini keinginan untuk putus dengan padat dan jelas. Setidaknya keseriusan Sobat Gen untuk mengakhiri hubungan terlihat jelas, dibandingkan dengan bertele-tele seperti dengan flashback momen-momen mesra terdahulu yang justru membuat Sobat Gen terlihat plinplan dengan keputusan Sobat Gen.
4. Bersiap untuk yang Terburuk
Hal terakhir yang harus Sobat Gen persiapkan adalah prepare for the worst. Sobat Gen harus siap dengan apa pun yang terjadi untuk Sobat Gen ketika memutuskan pasangan Sobat Gen. Mulai dari ditampar, dijulidin, dimaki, atau bahkan dibenci. Pada dasarnya, hal tersebut adalah hal yang wajar terjadi ketika seseorang menerima 'penolakan' dalam hall ini diputuskan dari hubungan yang sudah dibangun bersama-sama.
Pada akhirnya, putus adalah hal yang menyakitkan sekaligus melegakan tergantung situasi dan keadaannya. Tapi, selagi sebuah hubungan memang bisa dan harus dipertahankan, Sobat Gen harus tetap berusaha untuk mempertahankan hubungan tersebut. (*/)
(RRY)