Dari Bimbo, Rhoma Irama, sampai ke Opick. Nyatanya musik atau lagu religi sempat memiliki masa keemasannya di Indonesia. Namun, di era sekarang justru musik religi bisa dibilang meredup.
Untuk Sobat Gen yang besar di era 80-90an atau 2000an. Rasanya hampir setiap tahunnya Sobat Gen akan menemukan musisi-musisi yang memproduksi lagu religi di waktu tertentu. Terlebih, Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Hampir setiap memasuki bulan puasa, berbagai band dan musisi saling berlomba-loma memproduksi lagu-lagu religi.
Akan tetapi, rasanya beberapa tahun belakangan ini musik religi perlahan ditinggalkan dan cenderung dilupakan. Memang, masih etrdapat lagu-lagu relligi yang cukup populer. Namun, lagu-llagu tersebut bukan berasal dari band pop, melainkan musisi yang genrenya memang musik religi seperti Nisya Sabyan, ataupun grup gambus.
Dengan demikian, musik religi yang sempat menjadi fenomena di tahun 90-2000an, dan kini justru menghilang menimbulkan pertanyaan besar. Kenapa musik relligi di Indonesia perlahan mulai dilupakan?
BACA JUGA: The Adams Resmi Ditinggalkan Pandu dan Ghina
Nggak Laku di Industri
Suka atau nggak suka, pada kenyataannya industri musik di Indonesia fokus ke pada penjualan. Apabila satu genre atau jenis lagu nggak laku di pasaran, mau nggak mau mereka akan dilupakan. Terlebih, di Indonesia sendiri lagu yang populer cenderung lagu-lagu yang bertemakan percintaan, persahabatan, patah hati dan lain sebagainya. Sehingga, pada dasarnya tema atau jenis lagu yang berkembang tentunya mengikuti isu atau fenomena yang 'disukai' atau 'diterima' masyarakat.
Di era 80-90an isu keagamaan tentunya menjadi isu yang menarik bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana industri hiburan selalu membungkus isu keagamaan di berbagai karyanya, seperti film, dan juga musik. Di era 2000an pun sebenarnya isu keagamaan mulai berkurang, sehingga momentum musik religi hanya dapat Sobat Gen temukan di momen-momen tertentu.
Dengan demikian, pada dasarnya isu-isu mengenai keagamaan, pada dasarnya sudah mulai 'dilupakan' oleh masyarakat Indonesia. Sehingga, pada akhirnya menjadi salah satu alasan mengapa musik relligi peredarannya mulai berkurang dan cenderung menghilang.
Dianggap Sebagai Topik Sensitif
Salah satu alasan lain adalah 'agama' kini dianggap sebagai topik yang sensitif untuk dibahas. Tentunya, ketika membicarakan mengenai musik religi, agama akan menjadi topik yang akan disinggung dalam musik atau lagu religi. Sehingga, agama yang kini dianggap 'sensitif' sering kali dianggap 'sulit' untuk dibawakan ke masyarakat yang lebih luas.
Maka dari itu, keberadaan musik atau lagu religi cenderung hanya berkembang di satu daerah dengan keyakinan tertentu. Karena, di daerah tersebut, topik mengenai agama bukanlah hal yang sensitif.
BACA JUGA: Perkembangan Tema Lagu Indonesia: Dulu Percintaan, Kini Malah Membahas Kesehatan Mental
Butuh Pembaharuan
Pada dasarnya, keberadaan musik atau religi tetap dibutuhkan sebagai bentuk keberagaman bermusik di Indonesia. Namun, rasanya lagu atau musik religi ini membutuhkan pembaharuan, baik dari segi musik maupun liriknya. Faktanya, musik dari lagu religi cenderung hanya memiliki satu jenis, yaitu pop ataupun pop melayu. Rasanya, apabila musik dari lagu religi dapat didelliver dengan cara yang baru, bukan nggak mungkin kalau lagu religi bisa kembali hidup di Indonesia.
Selain itu, dari segi lirik rasanya lirik lagu religi harus perlahan meninggalkan lirik-lirik yang 'klise'. Sehingga, dengan lirik yang lebih eksploratif, rasanya bukan nggak mungkin masyarakat Indonesia, bahkan Gen Z dapat menerima lagu atau musik religi.
Hadirnya musik religi di Indonesia pada dasarnya menjadi bukti bahwa musik di Indonesia sangatlah beragam. Sehingga, rasanya sulit untuk membiarkan musik relligi menghilang begitu saja dari Indonesia. (*/)
(RRY)