uploads/article/2024/01/mengubah-dan-mewarnai-rambut-46479e001f2f4df.jpg

Mengubah dan Mewarnai Rambut Jadi Ciri Depresi, Kok Bisa?

Salah satu fenomena yang sekarang terjadi di Indonesia adalah hampir kebanyakan orang cenderung mengubah gaya rambut mereka ketika sedang memiliki masalah. Kalau Sobat Gen perhatikan, beberapa orang terutama perempuan yang mengubah gaya rambutnya menjadi lebih pendek atau mewarnai rambutnya dengan warna-warna yang mencolok, nggak jarang akan dianggap tengah memiliki masalah hidup atau memiliki mental health issues.

Sekilas, beberapa orang di internet menganggap fenomena ini sebagai jokes atau meme belaka. Tapi, pada kenyataannya mengubah gaya rambut pada diri sendiri nyatanya berkaitan dengan keadaan mental kita loh, Sobat Gen!

BACA JUGA: Mengenal Jenis-Jenis Kepribadian Berdasarkan MBTI Test

Hubungan Kebiasaan Memotong Rambut dengan Kesehatan Mental

Pada kenyataannya, mengubah gaya rambut bisa menjadi indikasi seseorang memiliki gangguan pada kesehatan mentalnya. Dalam istilah psikologi, fenomena ini disebut dengan Compulsive Hair-Cutting Depression. Istilah ini merujuk kepada orang-orang yang memotong rambutnya sendiri secara berulang-ulang ketika sedang depresi.

Akan tetapi, meskipun menjadi fenomena yang terbilang ‘populer’ di era modern. Nyatanya fenomena ini sudah terjadi sejak zaman dahulu. Karena, fenomena ini sendiri merujuk ke salah satu istilah Yunani kuno, yaitu Trichotillomania yang kalau kita bedah menjadi kata per kata akan memiliki 3 bentuk kata. ‘Thrix’ berarti rambut, ‘temnein’ berarti memotong, dan ‘mania’ berarti kegilaan. 

Compulsive Hair-Cutting Depression sendiri merupakan bagian dari Body Focused Repetitive Behavior (BFRB) Disorder. BFRB Disorder sendiri berada dalam spektrum OCD yang mana BFRB Disorder merupakan perilaku kompulsif yang dilakukan secara terus-menerus. Tapi, meskipun berada dalam spektrum OCD, BFRB Disorder nggak bisa dikatakan sebagai dua hal yang sama. Karena, kondisi keduanya berbeda. 

BACA JUGA: Perkembangan Tema Lagu Indonesia: Dulu Percintaan, Kini Malah Membahas Kesehatan Mental

Mewarnai Rambut Bukti Kita Depresi? 

Salah satu hal yang paling sering dilakukan ketika kita mengubah gaya rambut adalah dengan mewarnai rambut atau bleaching. Untuk sebagian orang, bisa saja alasan mereka mewarnai rambut untuk alasan estetika atau bahkan untuk menutupi uban mereka. Tapi, pada kenyataannya mewarnai rambut pun punya kaitan dengan kondisi kesehatan mental seseorang.

Dari jurnal berjudul ‘The Correlation Between Color Choices and Impulsivity, Anxiety, and Depression’ yang ditulis oleh Sevda Korkmaz. Nyatanya mewarnai rambut memiliki kaitan dengan keadaan kesehatan mental seseorang. 

Dalam jurnal tersebut, dilakukan survei yang melibatkan 200 partisipan dari rentan usia 18-50 tahun untuk membahas kaitan antara warna rambut dan juga keadaan kesehatan mental seseorang. 

Dari penelitian tersebut, mereka yang memilih warna ungu cenderung merupakan sosok yang paling depresi dari warna lainnya. Karena, individu yang sering kali melakukan bunuh diri, ataupun pengguna narkoba sering kali menggunakan riasan berwarna ungu. Hasil penelitian ini pun konsisten dengan dengan hasil yang dilaporkan. Warna ungu lebih disukai oleh individu dengan impulsif yang tinggi terutama wanita. 

Selain warna ungu, warna lain seperti hitam, putih, pink, dan abu-abu memiliki kaitan dengan level kecemasan seseorang. 

Dengan demikian, pada akhirnya mengubah gaya rambut, baik dari segi memotong rambut atau mewarnai rambut nyatanya memiliki kaitan dengan keadaan kesehatan mental seseorang nih, Sobat Gen! 

Meskipun begitu, kita tetap nggak boleh untuk berperilaku judgemental terhadap seseorang yang memutuskan untuk mengubah gaya rambut mereka. Selama kita bisa bersikap suportif, orang-orang yang memilih untuk mengubah gaya rambutnya entah apapun alasannya, pastinya akan merasa nyaman dan nggak akan merasa dihakimi sehingga dapat menjalani proses penyembuhan dengan lebih baik. (*/)

(RRY)

 

banner