uploads/article/2023/12/hidup-di-era-digital--651897c261319ca.png

Hidup di Era Digital, Gen Z Justru Paling Sering Termakan Hoaks

Sebagai generasi yang lebih melek dengan teknologi, banyak dari gen Z yang akhirnya menganggap dirinya nggak akan menjadi korban informasi hoaks yang bertebaran di media sosial. Anggapan gen Z nggak mudah menjadi korban hoaks sebenarnya cukup masuk akal. Kalau kita lihat, gen Z yang sudah akrab dengan teknologi, media sosial, dan lainnya cenderung memiliki kemampuan untuk memilah informasi lebih baik dibandingkan dengan millenial ataupun baby boomer. 

Akan tetapi, rasanya anggapan tersebut nggak bisa kita anggap sepenuhnya benar nih Sobat Gen. Karena pada akhirnya gen Z pun menjadi salah satu generasi yang rentan untuk menjadi korban hoaks.

Gen Z yang lahir di tahun 1997-2012 di era teknologi yang terus berkembang dan informasi yang semakin masif nyatanya nggak jadi jaminan untuk gen Z terbebas dari hoaks. Dari survei yang dilakukan terhadap 1.516 orang di Amerika Serikat dengan menggunakan kerangka Tes Kerentanan Misinformasi yang dikembangkan oleh psikolog University of Cambridge. 

Adapun para peserta survei diminta untuk melihat 20 berita utama dan menentukan mana yang palsu dan fakta. Hasilnya, hanya 11 persen peserta dengan usia 18-29 tahun yang mampu membedakan berita yang benar. Di sisi lain, para baby boomer yang sering kali dianggap termakan hoaks justru berada di peringkat pertama dengan perolehan 36 persen. 

Tentunya, hasil survei ini bisa dibilang menjadi ironi bagi para gen Z. Di saat mereka sering menganggap baby boomer mudah termakan hoaks, dari survei tersebut gen Z justru kesulitan membedakan mana berita fakta dan hoaks.

Dengan demikian, muncul pertanyaan, kenapa gen Z yang dekat dengan teknologi dan media sosial justru gampang kegocek atau termakan hoaks.

BACA JUGA: Bikin Konten tapi Nggak Pernah Viral? Ikuti 3 Langkah Ini! 

Sumber Informasi Kurang Kredibel

Salah satu alasan yang akhirnya membuat gen Z gampang termakan hoaks adalah media sosial. Kalau Sobat Gen membandingkan sumber informasi yang biasa didapatkan oleg baby boomer dengan gen Z sekarang, tentunya kredibilitas dan informasi faktual yang didapatkan oleh para baby boomer lebih banyak. Karena, sumber informasi yang didapatkan oleh baby boomer seperti koran, radio, maupun berita TV, hampir semuanya sudah melewati proses redaksional dan pengecekan sumber fakta.

Di sisi lain, gen Z cenderung mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi mereka. Berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X pada akhirnya menjadi sumber utama informasi yang didapatkan oleh gen Z. Terlebih, headline-headline yang digunakan oleh ‘media’ yang bertebaran di media sosial pada dasarnya hanya clickbait dan nggak sesuai dengan isi dari berita tersebut. Bahkan, ‘media-media’ ini pun cukup sering hanya memasukan headline ke dalam berita yang mereka unggah tanpa memberikan isi dari berita usia tersebut. 

BACA JUGA: Seberapa Penting Privasi dalam Pembuatan Konten

Paradox of Plenty

Semakin berkembangnya informasi pun pada akhirnya menciptakan paradoks. Ketika akhirnya informasi beredar dengan cepat dan banyak, pada akhirnya gen Z kesulitan untuk membedakan mana informasi yang benar maupun hoaks dan hal ini disebut dengan paradox of plenty

Gen Z memang memiliki resources informasi yang berlimpah, namun melimpahnya informasi ini pada akhirnya membuat para gen Z kesulitan memilah informasi faktual yang seharusnya mereka dapatkan. (*/)

(RRY)

 

banner