Apa yang Sobat Gen ingat ketika mendengar kata iPhone? Mahal, kaya, eksklusif, atau gengsi? Nyatanya, kata-kata tersebut cukup melekat pada produk milik Apple tersebut. Bahkan, nggak jarang orang yang menggunakan iPhone akan mendapatkan kata-kata yang serupa.
Pada kenyataannya, baik iPhone, Apple, atau penggunanya, memiliki stereotip tersendiri yang melekat pada mereka. Terlebih di Indonesia sendiri, para pengguna iPhone atau produk-produk Apple lainnya seringkali mendapatkan stereotip sebagai seseorang yang kaya, eksklusif, gengsian, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, muncul sebuah pertanyaan. Mengapa para pengguna iPhone atau produk-produk Apple mendapatkan stereotip tersebut?
BACA JUGA: 3 Alasan Foto Prewedding Bukan Menjadi Kebutuhan Penting Pernikahan
Harga yang Mahal
Jika dibandingkan dengan produk-produk smartphone lainnya, harga iPhone memang relatif terbilang lebih mahal jika dibandingkan dengan produk-produk smartphone dari brand lain. Jika dibandingkan dengan brand-brand smartphone seperti Oppo, Vivo, Xiaomi, atau Redmi yang notabenenya menjadi smartphone yang dimiliki masyarakat Indonesia, harga iPhone dapat menembus 2-5x lipat dibandingkan dengan produk-produk yang telah disebutkan.
Dengan harga yang mahal ini, rasanya lahirnya stereotip iPhone sebagai barang mewah rasanya bukanlah hal yang berlebihan. Sebagai contoh, harga iPhone 14 saat pertama kali rilis di Indonesia. Harga iPhone 14 saat pertama kali rilis mencapai angka Rp16 juta. Tentunya dengan harga jual yang tinggi ini akhirnya membuat iPhone sebagai sebuah barang mewah yang segelintir orang saja yang mampu membeli.
Alasan Pembelian
Mungkin umumnya orang-orang membeli sebuah smartphone dikarenakan sudah merasa cocok dengan brand yang pernah dibeli, atau menyukai spesifikasi dari smartphone tersebut. Namun, apa jadinya jika alasan membeli sebuah smartphone dilandasi oleh gengsi semata?
Pada kenyataannya, beberapa orang membeli iPhone didasari oleh rasa gengsi semata. Hal ini dapat dilihat dari mereka yang membeli iPhone KW atau iPhone HDC yang memiliki body iPhone namun OSnya merupakan Android.
Dengan adanya fenomena pembelian iPhone HDC oleh segelintir orang, makin memperkuat stereotip terhadap pengguna iPhone yang membeli iPhone hanya sekadar untuk memenuhi gengsi mereka. Belum lagi, di beberapa kasus banyak dari mereka yang membeli iPhone dengan mengajukan kredit, berhutang, dan lain sebagainya hanya karena adanya ‘tuntutan sosial’ yang mereka rasakan.
BACA JUGA: 5 Keuntungan Jika Kamu Menguasai Bahasa Isyarat!
Apple sebagai Brand Eksklusif
Pada kenyataannya, label Apple sebagai sebuah brand eksklusif sudah tidak dapat diragukan lagi. Mulai dari desain yang selalu dibuat terlihat mewah yang mana dapat dilihat dari pemilihan warna-warna seperti rose gold, gold, dan lain sebagainya.
Greg Furman, seseorang yang berasal dari Luxury Marketing Council mengatakan Apple sudah seharusnya selalu dianggap sebagai sebuah barang mewah. Menurutnya, bagaimana cara Apple berhasil menarik konsumen-konsumen yang relatif terbilang kaya melalui teknik marketing Apple yang dianggap Greg sangat halus.
Pada akhirnya, stereotip Apple sebagai barang mewah bukanlah menjadi sebuah stereotip lagi. Karena, pada kenyataannya Apple memanglah brand mewah dan eksklusif. Dan image tersebutlah yang memang dijual oleh Apple sedari awal.
(RRY)