Salah satu persoalan yang dikeluhkan oleh para orang tua terkait anaknya adalah persoalan mengenai ngegame. Banyak orang tua yang menganggap ngegame hanyalah membuang-buang waktu dan hanya memiliki dampak negatif saja. Padahal, pada kenyataannya tidak demikian.
Pada dasarnya, sebuah game memang diperuntukan untuk mencari hiburan. Namun, di era digital seperti sekarang, banyak developer game yang membuat game yang dapat dimainkan secara kompetitif melawan gamers lainnya. Berbagai game seperti RPG, MOBA, FPS, dan game lain yang memiliki sistem online pada kenyataannya memiliki dampak positif.
Nyatanya, game-game yang disebutkan di atas mampu memberikan keuntungan dalam bentuk uang bagi para pemainnya. Dan salah satu cara untuk mendapatkan uang dari game-game tersebut adalah dengan menjadi atlet E-Sports.
BACA JUGA: Mengapa Kita Harus Memiliki Hobi?
Skena E-Sports Indonesia
Sebelum era kepopuleran Mobile Legends di Indonesia, sebenarnya E-Sports di Indonesia pun telah berkembang sebagai sebuah industri. Game-game seperti Counter Strike, Dota, dan lainnya nyatanya menjadi pondasi terbentuknya skena E-Sports di Indonesia.
Pada awalnya, game di Indonesia hanya dianggap sebagai ‘hiburan’ dan bahkan bentuk dari kenakalan remaja di Indonesia. Namun, pasca hadirnya skena kompetisi di ranah video game akhirnya game menjadi sebuah industri tersendiri yang dikenal sebagai E-Sports.
Kini, bahkan melalui PBESI (Pengurus Besar E-Sports Indonesia) game menjadi sebuah komoditas yang mampu menghasilkan uang. Para pro-gamer kini bahkan dianggap sebagai seorang atlet layaknya atlet olahraga konvensional. Dan tentunya, karena sudah menjadi bagian dari industri dalam bentuk profesi, tentunya para atlet ini pun mendapatkan gaji, fasilitas, dan lain sebagainya layaknya seorang atlet.
Gaji yang Menggiurkan
Nyatanya, menjadi atlet E-Sports pun menawarkan keuntungan dalam bentuk uang yang sangat besar. Bahkan, dilansir dari berbagai sumber, nyatanya para atlet E-Sports ini memiliki gaji hingga angka dua digit.
Namun, untuk mendapatkan gaji dua digit tersebut, butuh pengorbanan dan komitmen yang besar. Pada kenyataannya, nggak semua orang bisa menjadi seorang atlet E-Sports. Sama seperti atlet pada olahraga konvensional, hanya orang-orang yang terpilih, berbakat, dan berkomitmen saja yang bisa menjadi seorang atlet E-Sports. Terlebih, seringkali menjadi seorang atlet baik atlet olahraga konvensional maupun atlet E-Sports nyatanya seringkali terbentur oleh restu dari orang tua.
BACA JUGA: Influencer di Indonesia: Banyak Drama atau Penonton Kita Butuh Drama?
Jenjang Karir yang Sustain
Salah satu ketakutan orang tua dari anaknya yang ingin menjadi atlet E-Sports adalah terkait jenjang karir yang dianggap tidak terjamin. Tentunya, ketakutan tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun, nyatanya ketakutan tersebut tidak sepenuhnya benar pula.
Karena pada kenyataannya, mereka yang sudah masuk ke dalam industri E-Sports nyatanya memiliki jenjang karir yang menjanjikan. Mulai dari atlet E-Sports, casters, analyst, coach, streamer, dan bahkan masuk ke dalam kepengurusan PBESI pun menjadi salah satu dari sekian banyaknya jenjang karir yang ada di dalam industri ini.
Keberadaan E-Sports pada akhirnya menjadi salah satu bentuk positif dari revolusi digital yang tengah terjadi. Industri-industri kini tidak hanya stuck di industri konvensional, melainkan mulai banyak industri yang berbasis digital. E-Sports di Indonesia pun kini memiliki badan resmi pemerintah yang mengendalikan dan mengatur keberlangsungan E-Sports di Indonesia. Sehingga, bermain game pun kini dapat menjadi jenjang karir yang menguntungkan kedepannya.
(RRY)