Sebagai makhluk sosial, kita sebagai manusia umumnya akan berkumpul bersama teman atau keluarga sebagai bentuk interaksi sosial kita terhadap sesama manusia. Kumpul-kumpul bersama teman atau keluarga yang biasa kita sebut dengan nongkrong sejatinya adalah kebutuhan kita sebagai makhluk sosial.
Biasanya, ketika kita sedang nongkrong, kita akan saling berinteraksi dengan teman nongkrong kita dengan membicarakan suatu hal. Mulai hal-hal terkait kegiatan sehari-hari, informasi seputar musik atau dunia hiburan, sampai hal-hal lain seperti diskusi dengan topik luas.
Tapi Sobat Gen, nyatanya terdapat satu topik yang wajib dibahas ketika kita sedang nongkrong. Yaitu gosip.
Banyak orang yang mengakatan kalau gosip itu cuman dilakukan oleh para perempuan saja, tapi pada kenyataannya, gosip pun dilakukan oleh para pria. Dari studi yang dilakukan pada tahun 1993, ditemukan fakta bahwa 55% pria dan 67% wanita menghabiskan waktunya dalam diskusi mengenai topik yang relevan secara sosial.
Dengan demikian, gosip tidak didasari oleh gender tertentu. Karena pada kenyataannya, sosok pria pun menjadi bagian dari diskusi gosip yang seringkali terjadi di tongkrongan.
BACA JUGA: Ramai Dibahas Dibahas Oleh Para Wibu, Berikut Arti dari ‘Waifu’ dan ‘Husbando’!
Gosip tidak Melulu Buruk
Pada dasarnya, menggosip di Indonesia sendiri dikatakan sebagai suatu hal yang negatif nih, Sobat Gen. Hal ini dapat ditunjukan dengan melihat berbagai anggapan atau tanggapan ketika seseorang melihat suatu kelompok bergosip. Banyak orang yang menilai orang-orang yang bergosip hanyalah membuang-buang waktu dan menambah dosa saja. Padahal, nggak semua gosip itu memiliki konotasi negatif loh, Sobat Ge.
Megan Robbins, seorang asisten profesor di The University of California mengartikan gosip sebagai membicarakan seseorang yang tidak ada.Robbins pun menambahkan, gosip pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang terjadi secara alami. Karena, pada dasarnya gosip merupakan bagian dari suatu percakapan dan juga sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu informasi, dan juga dalam suatu keadaan dapat membentuk suatu komunitas.
Dengan demikian, gosip tidak melulu berkonotasi negatif. Bukti lainnya tertulis pada meta-analisis yang dilakukan pada tahun 2019 yang terbit pada jurnal Social Psychological and Personality Science. Dalam analisis yang dilakukan oleh Robbins dan rekan-rekannya, ditemukan bahwa, dari 467 subjek analisis, setidaknya para subjek analisis tersebut menghabiskan rata-rata 52 menit sehari untuk bergosip. Akan tetapi, gosip-gosip tersebut tidak berkonotasi negatif. Karena, 3/4 gosip yang mereka lakukan bersifat netral. Di sisi lain, gosip dengan konotasi negatif hanya terjadi di angka 15% walaupun gosip berkonotasi positif hanya berada di angka 9%.
Maka dari itu, bergosip pada dasarnya merupakan kegiatan seseorang sebagai makhluk sosial untuk bertukar informasi. Dan informasi tersebut tidak melulu berkonotasi negatif. Karena, dari analisis yang dilakukan oleh Robbins, faktanya pertukaran informasi yang dilakukan 3/4 nya bersifat netral.
BACA JUGA: 6 Rekomendasi Anime Terbaru yang Wajib Sobat Gen Tonton!
Mengapa Orang Bergosip?
Terus, kenapa sih banyak orang bergosip ketika mereka sedang nongkrong?
Sesuai dengan analisis yang dilakukan Robbins, pada dasarnya manusia ‘bergosip’ sebagai bentuk pertukaran informasi. Dan selayaknya suatu informasi, konteks dalam suatu informasi bisa jadi bersifat netral, positif, dan tentunya negatif.
Lebih lanjut, beberapa peneliti pun mengatakan, bahwa, bergosip pada dasarnya merupakan sebuah cara untuk bertahan hidup yang dilakukan oleh nenek moyang manusia.
Robin Dunbar dalam penelitiannya menjelaskan, bagaimana bergosip dapat menjadi salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Dalam penelitiannya, Dunbar menjelaskan salah satu tujuan dari bergosip adalah untuk menyampaikan informasi sosial. Bergosip pada dasarnya merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu informasi berharga ke jaringan yang lebih luas.
Jika melihat bergosip dari sisi yang lebih luas, bergosip pada dasarnya memberikan kita salah satu hal yang dibutuhkan oleh manusia, yaitu informasi. Informasi inilah yang akhirnya menjadi ‘baha’ untuk manusia bertahan hidup.
Dengan demikian, pada akhirnya bergosip merupakan cara manusia untuk bertahan hidup dengan cara mendapatkan informasi baru mengenai suatu hal. Dan mengenai konteks dari informasi yang didapatkan, baik-buruknya kembali ke informasi apa yang ingin kita dapatkan. Karena, kembali lagi, yang mampu mengontrol informasi yang masuk ke diri kita, tentunya diri kita sendiri. (*/)
(RRY)